Text
Perkawinan Sistem Besan Katedhungan Studi Kasus Perkawinan Antar Besan di Desa Parebaan Kecamatan Ganding kabupaten Sumenap. Skripsi, Jurusan Syari’ah, Program studi Al-Ahwal-Al-Syakhsiyyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pamekasan
ABSTRAK
Taufiqurrahman, 2008, Perkawinan Sistem Besan Katedhungan Studi Kasus Perkawinan Antar Besan di Desa Parebaan Kecamatan Ganding kabupaten Sumenap. Skripsi, Jurusan Syari’ah, Program studi Al-Ahwal-Al-Syakhsiyyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pamekasan, Pembimbing Achmad Mulyadi, M. Ag.
Kata kunci: Perkawinan sistem Besan Katedhungan
Perkawinan Sistem Besan katedhungan merupakan suatu perkawinan yang langka dan unik, yang diyakini hal ini hanya terjadi di Desa Parebaan Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Perkawinan ini terjadi sebenarnya sudah sejak turun-temurun, namun hal ini masih dianggap tabu oleh masyarakat banyak. Perkawinan semacam ini terjadi antara pasangan suami istri yang masih merupakan kerabat dekat yaitu terdiri antara perkawinan antara saudara tiri atau antara hubungan besan, yang sekaligus menjadi satu-kesatuan dari pernikahan sebelumnya yang dilakukan oleh anak-anak mereka atau orang tua mereka.
Sedangkan yang menjadi fokus penelitian ini adalah, pertama bagaimana bentuk perkawinan sistem besan katedhungan, kedua apa latar belakang perkawinan sistem besan katedhungan di Desa Parebaan Kecamatan Gading Kabupaten Sumenep, ketiga bagaimana pandangan masyrakat terhadap perkawinan sistem besan katedhungan, keempat apa akibat dari perkawinan sistem besan katedhungan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Peneliti sebagai pengamat non partisipan yang hanya melakukan satu fungsi yakni mencatat apa yang dijumpai di lapangan. Selain itu peneliti sebagai instrument penelitian berperan sebagai pengumpul data penelitian. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif bermaksud untuk mengetahui sesuatu yang kebiasaan sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak terkait dengan satu variabel dan hipotesa tertentu melalui satu pengamatan secara langsung sehingga peneliti dimungkinkan untuk bersikap peka terhadap setiap apa yang terdapat dalam obyek penelitian.
Dalam proses pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara interaktif dan non interaktif. Cara interaktif denngan melalui wawancara mendalam dan secara langsung, sedangkan non interaktif dengan melalui observasi dan analisis isi dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dari perkawinan sistem besan katedhungan ini adalah perkawinan yang terdiri dari pasangan suami isteri dimana mereka sebelumnya merupakan besanan atau saudara tiri. Terdapat dua faktor yang melatarbelakangi dilakukannya sistem perkawinan tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dimana dorongan tersebut datang dari dirinya sendiri sebagai kebutuhan psikologis, serta yang menjadi faktor eksternal yaitu keinginan untuk menghilangkan predikat janda atau duda, serta menjalin hubungan silaturrahim agar lebih dekat dengan keluarga besannya. Pandangan masyarakat terhadapa perkawinan tersebut dinilai mempunyai dampak positif dan negatif yang sama-sama rentannya. Sebagai akibatnya selain sebagai uapaya pelestarian hubungan sebuah keluarga dari kalangan tertentu, hal ini mempermudah mencapai tujuan dari sebuah perkawinan, dari sisi lain juga dapat membawa dampak yang sebaliknya seperti terjadinya kerenggangan dan kesenjangan sosial sesama saudara atau bahkan terhadap orang tua mereka. Sebab mereka masing-masing mempunyai ikatan emosional yang sudah sejak dulu terbina dalam diri mereka.
Tidak tersedia versi lain