Text
Manajemen Kurikulum Pendidikan Inklusi di SMA Negeri 2 Pamekasan
Kata Kunci: Manajemen Kurikulum, Pendidikan Inklusi, Anak Berkebutuhan Khusus
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang mengikutsertakan siswa
berkebutuhan khusus berdampingan dalam satu ruang kelas untuk belajar bersama
siswa normal lainnya. Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi, kurikulum yang
digunakan oleh siswa berkebutuhan khusus berupa kurikulum yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak inklusi disertai program tambahan bila diperlukan. Kurikulum
pendidikan inklusi diharapkan mampu memberi pengetahuan yang dapat digunakan
sebagai bekal siswa berkebutuhan khusus dalam bermasyarkat.
Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat empat permasalahan yang menjadi
kajian pokok dalam penelitian ini, yaitu: pertama, bahaimana perencanaan kurikulum
pendidikan inklusi di SMAN 2 Pamekasan; kedua, bagaimana pelaksanaan kurikulum
pendidikan inklusi di SMAN 2 Pamekasan; ketiga, bagaimana evaluasi kurikulum
pendidikan inklusi di SMAN 2 Pamekasan; keempat, apa faktor pendukung dan
penghambat dalam penyelenggaraan pendidikan Inklusi di SMAN 2 Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Sumber data diperoleh dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, sedangkan jenis
observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan. Informannya terdiri dari
kepala sekolah, waka kurikulum, guru bimbingan konseling dan guru pendamping
khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, perencanaan kurikulum
pendidikan inklusi di SMAN 2 Pamekasan direncanakan dengan membentuk tim
inklusi yang kemudian melakukan pelatihan guru pendamping khusus, kemudian
mencanangkan tiga program yakni home visit, pembinaan dan treathment sebagai
penunjang pelaksanaan. Kedua, pelaksanaanya menggunakan kurikulum regular yang
termodifikasi dimana memakai kurikulum yang sama namun yang membedakan ada
program tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak inklusi sekaligus turut
bekerjasama dengan mitra luar PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga), serta aspek
penilaian lebih fokus pada kemandirian dan sosial. Ketiga, evaluasi dilakukan dengan
rutin dan progres dimana tim inklusii melapor pada kepala sekolah mengenai keadaan/
kondisi, kendala bahkan tindak lanjut yang akan dilakukan. Keempat, faktor
pendukung penyelenggaraan pendidikan inklusi yakni dukungan warga sekolah dan
memiliki kerjasama dengan PUSPAGA sedangkan penghambatnya adalah kurangnya
kuantitas SDM guru pendamping khusus, adanya guru yang kurang memahami anak
inklusi, sikap anak inklusi yang kurang terbuka dan wali murid anak berkebutuhan
khusus yang enggan untuk bekerjasama.
Tidak tersedia versi lain