Text
Tradisi Adat Malam Sya’ban (Laoténg) Masyarakat Desa Branta Pesisir Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan Madura.
Kata Kunci: Tradisi, Malam Nisfu Sya’ban, Laoténg
Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang
dari generasi ke generasi untuk dilestarikan. Tradisi ini mencakup beberapa hal
salah satunya pada kegiatan keagamaan. Malam Nisfu Sya’ban merupakan
malam ke lima belas atau pertengahan bulan sya’ban, malam ini disebut juga
sebagai puncak bulan sa’ban yang penuh dengan rahmat dan kebaikan dari Allah
SWT. Pada malam Nisfu Sya’ban ini masyarakat bisa memunculkan sebuah
tradisi yang berbeda dari daerah lain, salah satunya di Desa Branta Pesisir
Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan Madura. Tradisi malam sya’ban yang
dilaksanakan di Desa Branta Pesisir ini merupakan sebuah warisan leluhur budaya
lokal yang dilaksanakan pada setiap tahun sekali. Tradisi malam sya’ban ini masih
memiliki banyak teka-teki yang tersirat di dalamnya, Peneliti memilih Desa
Branta Pesisir untuk mengungkap tradisi adat malam sya’ban di Desa Branta
Pesisir Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan. Adapun fokus penelitian ini
yaitu Bagaimana prosesi tradisi adat malam sya’ban masyarakat Desa Branta
Pesisir? Bagaimana nilai-nilai Laoténg pada saat malam nisfu sya’ban bagi
masyarakat Desa Branta Pesisir Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis
etnografi karena peneliti melakukan kontak langsung dengan objek penelitian
yang dilaksanakan ditempat mereka berada sesuai dengan keadaan di lapangan
untuk memperoleh gambaran tentang kebudayaan yang ada pada permasalahan
yang dibahas dalam penelitian. Teknik pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
beberapa tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Prosesi pelaksanan tradisi
malam sya’ban yang ada di Desa Branta Pesisir Kecamatan Tlanakan Kabupaten
Pamekasan dilaksanakan pada tanggal 13-15 sya’ban, Namun puncak acaranya
tepat pada tanggal 15 bulan sya’ban. Adapun serangkaian acaranya diantaranya
adalah dengan pembacaan surat yasin sebanyak tiga kali yang dilaksanakan di
semua masjid dan musholla, dilanjutkan dengan ceramah, dan makan bersama
dari masyarakat yang a rebbe atau memberikan makanan. (2) Nilai-nilai yang
terkandung dalam Laoténg ada tiga yakni nilai budaya, nilai sosial, dan nilai
keagaamaan yang pada dasarnya Laoténg tujuannya adalah untuk bershodaqoh
kepada anak kecil atau para keponakan tanpa terkecuali walaupun anak tersebut
bukan beragama islam, karena anak kecil dipercaya sebagai ahli surga. Nominal
Laoténg yang diberikan kepada anak-anak bebas tanpa berpatokan kepada hal
apapun karena sifatnya sunnah sebagai shadaqoh.
Tidak tersedia versi lain