Text
Amṡāl Al-Qur’ān: Studi Komparatif antara Penafsiran Wahbah az-Zuḥailī (1932-2015 M ) dalam al-Munīr dan Sayyid Quṭub (1906-1966 M) dalam Fī Ẓilāl al-Qur’ān terhadap Surah Ibrāhīm (14): 24-27
Kata Kunci: Amṡāl Al-Qur’ān, Studi Komparatif, Surah Ibrāhīm (14): 24-27
Seorang mufasir memiliki penafsiran yang berbeda dalam memahami amṡāl al-Qur’ān
meskipun tidak menutup kemungkinan juga terdapat kesamaan penafsiran. Penelitian ini
mengungkap dua pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini yaitu: pertama,
bagaimana penafsiran amṡāl antara Wahbah az-Zuḥailī dalam Al-Munīr dan Sayyid Quṭub
dalam Fī Ẓilāl al-Qur’ān terhadap surah Ibrāhīm (14): 24-27?, dan kedua, bagaimana analisis
persamaan dan perbedaan antara Wahbah az-Zuḥailī dalam Al-Munīr dan Sayyid Quṭub dalam
Fī Ẓilāl al-Qur’ān terhadap penafsiran amṡāl surah Ibrāhīm (14): 24-27?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir muqāran yaitu pendekatan dengan cara
membandingkan dua penafsiran. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode komparatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan penafsiran antara Wahbah azZuḥailī dan Sayyid Quṭub untuk dianalisis perbedaan dan persamaan keduanya dalam
menafsirkan amṡāl yang terdapat dalam surah Ibrāhīm (14): 24-27. Adapun teori yang
digunakan untuk penelitian ini adalah teori dari Mannā‘ al-Qaṭṭān dan Abdul Mustaqim
terkait amṡāl al-Qur’an dan konsep penafsiran komparatif.
Temuan dalam penelitian ini: pertama, Wahbah az-Zuḥailī menafsirkan kalimah
ṭayyibah sebagai kalimat tauhid yang tertanam dalam hati manusia dan menjulang tinggi
dengan amal kebaikan yang diperbuat dan berbuah berupa pahala, laksana syajarah ṭayyibah
(pohon kurma) yang berakar kuat, batang yang tinggi dan berbuah setiap waktu. Sedangkan
Sayyid Quṭub menafsirkan kalimah ṭayyibah sebagai kalimat kebenaran yang tidak dapat
digoyahkan oleh kezaliman, tidak terjamah oleh keburukan, dan memberikan kehidupan yang
bermakna, laksana syajarah ṭayyibah (pohon yang baik) dengan akar kokoh, batang yang
tinggi dan berbuah tanpa henti. Selain itu, az-Zuḥailī menafsirkan kalimah khabīṡah sebagai
kalimat kekafiran yang tidak memiliki pondasi untuk mengukuhkan, tidak bermanfaat, dan
mendatangkan kerugian (mudārat), laksana syajarah khabīṡah (pohon hanzal) yang
mengandung sesuatu berbahaya, mudah goyah, dan tidak dapat beridiri tegak. Kedua, azZuḥailī dan Quṭub mempunyai perbedaan dalam menafsirkan surah Ibrāhīm (14): 24-27
berupa sumber penafsiran yang digunakan, az-Zuḥailī menggunakan tafsīr bil ma′ṡūr,
sementara Quṭub menggunakan tafsīr bil ra‘y. Selain mempunyai perbedaan, keduanya juga
mempunyai persamaan pada corak tafsir yang digunakan yaitu sama-sama mempunyai
penafsiran yang bercorak ′adābī-ijtimā‘ī
Tidak tersedia versi lain