Text
Penafsiran Sayyid Quṭb dalam Kitab Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an Terhadap Ayat yang Diduga Intoleran dalam Al-Qur’an
Kata Kunci: Penafsiran Sayyid Quṭb, Ayat yang diduga Intoleran, dan Tafsir
Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an
Tafsir Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an karya Sayyid Quṭb adalah salah satu kitab tafsir yang
memuat tafsiran ayat Al-Qur’an dan pembahasannya. Ayat yang diduga intoleran
salah satu pembahasan yang cukup menarik untuk dijadikan bahan penelitian,
mengingat maraknya kasus intoleran khususnya di Indonesia yang meningkat dari
tahun ke tahun dan yang lebih parah ada yang sampai mengunakan Al-Qur’an
sebagai dalil melakukan intoleran. Penelitian ini mengungkap atas dasar apa
seseorang dapat melakukan sikap intoleran, sedangkan dalam Al-Qur’an tidak
satupun ayat yang menganjurkan umat Islam melakukan hal demikian, apakah
benar ayat tersebut menganjurkan demikian atau hanya mereka yang berspekulasi.
Atas dasar itulah penelitian ini hendak menjawab 2 permasalahan, yaitu: (1)
Bagaimana penafsiran ayat yang diduga intoleran dalam kitab tafsir Fῑ Ẓilᾱlil
Qur’an?, (2) Bagaimana kontruksi sosial penafsiran Sayyid Quṭb terhadap ayatayat yang diduga intoleran dalam kitab tafsir Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an?.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan pendekatan
kontruksi sosial Peter L. Berger, penulis akan mengurai dari 3 komponen yang
digunakan Peter L. Berger dalam kontruksi sosialnya, yakni internalisasi,
eksternalisasi, dan objektivikasi. Sedangkan dalam penafsiran ayatnya penulis
menggunakan metode tafsir taḥlῑlῑ yang di dalamnya akan dilengkapi dengan
asbabunnuzul, hadis, penjelasan kosa kata, dan munasabah. Fokus penelitian ini
pada ayat yang diduga intoleran dalam Al-Qur’an yakni QS. At-Taubah (9) 5, 33,
dan 36 dalam kitab tafsir Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an karya Sayyid Quṭb.
Adapun temuan dalam penelitian ini: pertama, Al-Qur’an tidak
memperbolehkan kaum muslim berperang atau memulai peperangan di bulan-bulan
haram, kecuali dalam keadaan kaum musyrik yang memulai peperangan dengan
tujuan ingin menjaga kehormatan bulan haram dengan menyingkirkan
kemungkaran, kaum muslim juga tidak akan memerangi orang yang bergama yang
benar dan sebalikanya. Kedua, Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an merupakan hasil dari proses
internaliasi dan eksternalisasi Sayyid Quṭb. Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an mampu menghasilkan
asumsi, bahwa terciptanya Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an merupakan fakta objektif yang bersifat
pasti, dan disinilah proses objektivikasi terjadi. Pada konteks ini asumsi para
pembaca atau pengikutnya terhadap tafsir Fῑ Ẓilᾱlil Qur’an QS. At-Taubah (9) 5,
33, dan 36, lebih kuat pada aspek perlawanannya daripada aspek pengampunannya
Tidak tersedia versi lain