Text
Kisah Nabi Lut dan Kaumnya (Analisis QS. Al- 'Ankabūt (29): 28-35 Perspektif Maqāṣid Al-Qur’ān Yūsuf Al-Qarḍāwī)
Kata Kunci: Kisah Nabi Lut a.s., Maqāṣid Al-Qur’ān, Yūsuf Al-Qarḍāwī
Allah Swt. menegaskan bahwa kisah-kisah fantastis yang tercantum di
dalam Al-Qur’an adalah konkret dan sarat dengan hikmah bagi yang
memahaminya. Kisah Nabi Nabi Lut menjadi salah satu kisah menarik yang sangat
komprehensif dan tersusun seperti sekuel drama. Narasinya yang secara kronologis
mendeskripsikan petualangannya Nabi Lut berdakwah kepada kaum yang tinggal
di negeri Sodom. Ia diutus oleh Allah Swt. untuk memperbaiki iman dan akhlak
kaum tersebut. Berjalannya kisah yang begitu panjang, terdapat sejumlah
konfrontasi yang bervariasi, salah satunya adalah kaum dengan perilaku yang
sangat negatif, yaitu adanya hubungan seks sesama jenis diantara pria atau
homoseksual sehingga membuat mereka harus merasakan azab keji dari Allah Swt.
Pada prolog ini menjadi esensial menyingkap maksud yang disampaikan di
dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua rumusan masalah terkait
Kisah Nabi Lut dan Kaumnya, yaitu: Pertama, bagaimana penafsiran para ulama
terhadap QS. Al-'Ankabūt (29): 28-35?; dan kedua, bagaimana maqāṣid al-Qur´ān
Yūsuf Al-Qarḍāwī dalam QS. Al-'Ankabūt (29): 28-35?
Penelitian ini menggunakan metode tafsir tematik surah, yakni cara
memahami Al-Qur'an dengan menganalisis surah tertentu dan menjelaskan maksud
yang terkandung di dalamnya. Serta menggunakan pendekatan maqāṣid al-Qur’ān,
yakni pendekatan untuk mengungkap tujuan-tujuan universal ayat-ayat Al-Qur'an
terkait Kisah Nabi Lut dan Kaumnya. Dalam hal ini, penulis memilih Yūsuf AlQarḍāwī dengan teorinya maqāṣid al-Qur’ān.
Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, penafsiran para
ulama terhadap QS. Al-'Ankabūt (29): 28-35 bahwa dalam kisah Nabi Lut ini
terdapat nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalamnya, yakni nilai akhlak terpuji
seperti tawakal dan nilai akhlak tercela seperti fasik. Misi yang diemban oleh Nabi
Lut adalah mengajak penduduk Sodom untuk mentauhidkan Allah Swt. dengan
meninggalkan hal-hal yang dilarang-Nya dan melaksanakan segala perintah-Nya.
Hal ini dapat dilihat dari ketegasan Nabi Lut ketika menghadapi problem yang
terjadi pada kaumnya yang keji sampai Allah Swt. menurunkan ażab besar kepada
kaumnya tersebut. Kedua, berkaitan dengan bagaimana maqāṣid al-Qur´ān Yūsuf
Al-Qarḍāwī dalam QS. Al-'Ankabūt (29): 28-35 bermuara pada maqāṣid al-Qur´ān
Yūsuf Al-Qarḍāwī di antaranya: Beribadah kepada Allah Swt dan takwa kepadaNya, QS. Al-'Ankabūt (29): 28-29. Menetapkan kemuliaan manusia dan hakhaknya, QS. Al-'Ankabūt (29): 30-31. Mensucikan diri dari penyakit jiwa, QS. Al-
'Ankabūt (29): 32-33. Meluruskan akidah dan memantapkan iman tentang akhirat
dan pembalasan, QS. Al-'Ankabūt (29): 34-35. Maka, pesan Al-Qur’an yang ingin
disampaikan terkait peristiwa ini adalah seyogianya manusia senantiasa berperilaku
baik demi menciptakan keharmonisan dalam kehidupan.
Tidak tersedia versi lain