Text
Frasa Sāḥir ‘Alīm, Sāḥir Mubīn, Sāḥir Każżāb dan Sāḥir aw Majnūn dalam Al-Qur’an (Analisis Stilistika: Diksional-Leksikal)
Kata Kunci: Kata Sāḥir ‘Alīm, Sāḥir Mubīn, Sāḥir Każżāb. Sāḥir aw Majnūn, Diksional,
Leksikal
Sihir merupakan perbuatan tercela karena bekerja sama dengan setan untuk memalingkan
seseorang pada sesuatu yang lain dengan jalan ghāib. Sihir berasal dari kata saḥara yang berarti
akhir waktu malam dan awal terbitnya fajar, yakni waktu tercampurnya antara gelap dan terang
sehingga segala sesuatu menjadi tidak jelas atau tidak sepenuhnya jelas. Penelitian ini
mengungkapkan makna sihir serta pelaku yang ditujukan Al-Qur’an dalam penggunaannya
dengan menggunakan pendekatan diksional leksikal dalam stilistika. Diksional merupakan kata
yang dipilih Al-Qur’an dalam mengungkapkan makna yang dikehendaki Al-Qur’an.
Sedangkan leksikal merupakan makna kamus atau makna sebenarnya.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat dua permasalahan yang dirumuskan peneliti dalam
penelitian ini. Pertama: Bagaimana konstruksi pemaknaan Sāḥir ‘Alīm, Sāḥir Mubīn, Sāḥir
Każżāb dan Sāḥir aw Majnūn berdasarkan pendekatan diksional-leksikal dalam stilistika?.
Kedua: Bagaimana analisis komparatif terhadap kata Sāḥir ‘Alīm, Sāḥir Mubīn, Sāḥir Każżāb
dan Sāḥir aw Majnūn dalam Al-Qur’an berdasarkan pendekatan diksional-leksikal dalam
stilistika.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian library research
(studi kepustakaan), karena fokus kajian pada penelitian ini adalah makna kata Sāḥir ‘Alīm,
Sāḥir Mubīn, Sāḥir Każżāb dan Sāḥir aw Majnūn secara Diksional-Leksikal serta
menambahkan keterangan dari tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan: pertama, konstruksi pemaknaan keempat lafal yakni sāḥir ‘alīm, sāḥir
mubīn, sāḥir każżāb dan sāḥir aw majnūn dalam bentuk fā‘il berdasarkan teori diksional
leksikal memiliki perbedaan yang siginifikan yakni pada sasaran yang dituju serta kisah yang
termuat di dalam Al-Qur’an. Sedangkan persamaannya terletak pada diksi yang dipilih AlQur’an, yakni sifat yang disematkan kepada penyihir sesuai ayat yang termuat di dalam-Nya.
Kedua, studi komparasi antara kata sāḥir ‘alīm, sāḥir mubīn, sāḥir każżāb dan sāḥir aw majnūn
yaitu: sāḥir ‘alīm berarti penyihir yang pandai, yakni memiliki kepintaran di atas rata-rata.
Sāḥir mubīn memiliki arti penyihir yang nyata, yakni ditujukan orang kafir kepada Nabi
Muhammad sebagai membawa kebenaran Al-Qur’an sekaligus pedoman hidup manusia. Sāḥir
każżāb ditujukan kepada dua objek, yakni Nabi Muhammad dan nabi Musa. Sedangkan sāḥir
aw majnūn berarti penyihir atau orang gila. Sāḥir aw majnūn ditujukan kepada nabi Musa dan
Nabi Muhammad. Persamaan keempat lafal terletak pada arti secara leksikal dalam bentuk fā‘il
atau pelaku, yakni memiliki arti penyihir. Sedangkan perbedaan disesuaikan dengan sifat yang
disematkan pada penyihir dalam suatu ayat Al-Qur’an
Tidak tersedia versi lain