Text
Pola Komunikasi pengasuh dengan Santri dalam Pembinaan Hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Ma’had Ad-dirosat AlQur’aniyah Waru, Pamekasan
Kata Kunci : Pola Komunikasi, Pengasuh, Pembinaan Hafalan. Pondok Pesanten Ma’had Ad-dirosat Al-Qur’aniyah Waru, Pamekasan merupakan pondok pesantren yang berfokus penghafal al-Qur’an dan mempunyai ciri khas, menghafal 30 Juz dengan waktu lumayan singkat. Pencapayan ini tidak lepas dari bagaimana pola komunikai yang diterapkan oleh pengasuh dengan para santri disaat melakukan pembinaan hafalan al-Qur’an. Sehingga rumusan masalah penelitian ini, bagaimana pola komunikasi pengasuh dengan santri dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Ma’had Ad-dirosat AlQur’aniyah Waru, Pamekasan dan apa saja faktor pendukung dan hambatan pola komunikasi pengasuh dengan santri dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an Penelitian ini menggunakan motode pendekatan kualitatif dengan memahami perilaku manusia seacara utuh, sehinggaa data yang diperoleh sesuai dengan masalah yang dibahas. Penelitian ini mengharuskan peneliti terjun langsung ke lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan sember data dalam penelitian ini adalah pengasuh pondok pesantren Ma’had Ad-dirosat Al-Qur’aniyah, pengurus, dan para santri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, pola komunikasi pengasuh dengan santri dalam pembinaan hafalan al-Qur’an di pondok pesantren Ma’had Ad-dirosat Al-Qur’aniyah yaitu dengan pola komunikasi antar personal dan pola komunikasi kelompok. Pola komunikasi antarpersonal dilakukan disaat jam setoran ke pengasuh bagi yang sudah hatam, jam-jam istirahat, dan ketika mengontrol pada jam program. Sedangkan pola komuniksi kelompok digunakan pengasuh disaat pembinaan Talaqqi al-Qur’an dan Qiroatussab’ah. Kedua, faktor pendukung pola komunikasi pengasuh dengan santri dalam pembinaan hafalan alQur’an dari gaya komunikasinya yang santai dan tidak membosankan, mengedepankan praktek ketimbang teori, serta kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia sehingga dapat dipahami oleh seluruh santri. sedangkan faktor habatan tersendiri, kebanyakan muncul dari santri, yang mana sering tidak fokus ketika mendengarkan pemaparan pengasuh, biasanya efek dari tidak betah dan ngobrol sesama santrinya. Selain itu juga dan kadang dari pengeras suara yang digunakan
Tidak tersedia versi lain