Text
Pembentukan Karakter Toleransi Dalam Pendidikan Keagamaan Melalui Majelis Ta’lim Raudlatul Muta’allimin Di Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang
Kata Kunci: Karakter Toleransi, Pendidikan keagamaan, Majelis Ta’lim.
Pendidikan karakter toleransi sangat dibutuhkan untuk menciptakan
masyarakat yang harmonis terutama di daerah dengan riwayat konflik
(Sunni-Syiah) pada tahun 2012 lalu seperti yang terjadi di desa Karang
Gayam kecamatan Omben kabupaten Sampang. Dalam pendidikan
karakter Islam, toleransi merupakan salah satu nilai yang harus
ditumbuhkan sebagai kebajikan utama atau karakter baik seseorang, baik
laki-laki maupun perempuan. Pendidikan karakter toleransi atau tasamuh
dapat diperoleh melalui pendidikan formal, informal maupun nonformal.
Dalam hal ini, pembentukan karakter toleransi dilakukan melalui
pendidikan keagamaan di majelis ta’lim Raudlatul Muta’allimin desa
Karang Gayam kecamatan Omben kabupaten Sampang.
Penelitian ini berfokus pada tiga hal yaitu: (1) Bagaimana konsep
pembentukan karakter toleransi? (2)bagaimana proses penerapan nilainilai toleransi? dan (3)apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
pembentukan toleransi?
Peneliti menggunakan metode dengan pendekatan kualitatif, jenis
studi kasus, serta pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi
nonpartisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap sumber
terkait.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pertama, konsep pembentukan
karakter toleransi dalam pendidikan keagamaan adalah membentuk
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT yang berpedoman pada AlQuran dan Hadits Rasulullah SAW serta menghidupkan dakwah dan
ukhuwah Islamiyah dalam interaksi silaturrahminya. Kedua, proses
penerapan nilai-nilai toleransi dilakukan dengan pemberian pemahaman
melalui tausiyah atau kajian-kajian Islam dari para mu’allim, mengikuti
acara pengajian secara aktif, dan melalui pembiasaan hadir ke majelis
ta’lim. Ketiga, faktor pendukungnya adalah kesadaran masyarakat dalam
beragama, adanya dukungan dari aparatur setempat serta karismatik
seorang Kiai. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kesibukan atas
pekerjaan masing-masing warga serta rasa fanatik terhadap aliran
Ahlussunnah Wal Jamaah.
Tidak tersedia versi lain