Text
Representasi Kritik Sosial dalam Animasi Tekotok Edisi Maret-Agustus 2021 (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure)
Kata Kunci: representasi, semiotika
Kemajuan teknologi di era digital seperti saat ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap
laju komunikasi. Lalu lintas informasi kian melesat dan cepat menembus ruang dan waktu.
Ward mengatakan tentang arus kecepatan media baru, pada kemajuan teknologi bisa
digunakan langsung tanpa mediasi apapun seperti halnya media tradisional yang tentu
membutuhkan alat bantu ketiga. Hal ini serupa kemajuan signifikan namun tetap ada saja sisi
negatif di dalamnya, seperti tayangan yang mampu merubah mindset penontonnya. Animasi
sudah mulai tergeser oleh tayangan unfaedah yang kerap kali ditemui di televisi. Meski
begitu, karakteristik animasi yang menghibur selalu mampu menyita perhatian dan kini hadir
animasi yang menyelipkan pesan kritik sosial yang ditujukan pada masyarakat sebagai bentuk
peringatan dan bahan pembelajaran. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
menganalisa representasi kritik sosial dalam animasi Tekotok edisi Maret-Agustus 2021
(analisis semiotika Ferdinand De Saussure)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
pisau analisa semiotika versi Ferdinand De Saussure. Analisa ini menfokuskan penelitian pada
penanda sebelum memberikan petanda yang terkonstruksi dan menghasilkan pesan
representatif berupa kritik sosial dalam animasi tersebut.
Hasil dari penelitian ini memberikan suatu gambaran mengenai kritik sosial yang
terepresentasi melalui animasi Tekotok edisi Maret-Agustus 2021 dengan jumlah 5 episode.
Kasus-kasus yang terepresentasi dalam animasi Tekotok di antaranya kasus vonis hukuman 1
tahun penjara terhadap pelaku pencurian kayu bernama Nenek Asiani dan kasus pelanggaran
karantina kesehatan oleh selebgram Rachel Vennya divonis 8 bulan penjara yang terangkum
dalam episode berjudul “Korupsi.” Dalam episode ini merepresentasikan ketimpangan hukum.
Selain itu, satu kasus tentang pelecehan lambang negara yang justru dihukum dengan dilantik
sebagai duta Pancasila. Pesannya terwakili dalam episode berjudul “Duta Segalanya” yang
sama-sama menjelaskan tentang hukuman diringankan karena latar belakang sosial
(privilege). Ada kasus penimbunan yang dilakukan oknum saat pandemi covid-19 yang
terangkum dalam episode “Menuntaskan Hukuman ft. Kang Pemandu.” Dalam episode ini
memberikan peringatan terhadap pelaku penyimpangan untuk tidak melakukan kembali
kejahatan yang serupa. Episode “Acuh” merepresentasikan peristiwa acuh tak acuh yang
disebabkan oleh gadget. Sikap demikian dianggap tidak menghargai lawan bicaranya ketika
sedang berkumpul/bertamu. Episode “Mobil Kegores” merepresentasikan kejadian seorang
ibu yang parkir kendaraan di area milik orang lain selama berjam-jam sehingga akses tertutup.
Episode ini memberikan penjelasan tentang aturan menghargai hak orang lain dengan tidak
membenarkan sesuatu yang memang keliru
Tidak tersedia versi lain