Text
Negara dalam Al-Qur’an (Studi Makna Term Balad dalam Kitab Al-Taḥrǐr wa Al-Tanwǐr)
Kata Kunci: Ibn ‘Āsyūr, Balad, Penafsiran.
Ibn ‘Āsyūr adalah seorang mufassir era kontemporer dari Tunisia.
Selain itu ia juga ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan negara
Tunisia yang pernah dijajah oleh Prancis. Hal itu membuat penulis tertarik
untuk meneliti lafad balad dalam Al-Qur’an menurut kitab tafsir yang ditulis
Ibn ‘Āsyūr. Atas dasar itulah penelitian ini akan menjawab tiga pertanyaan,
yaitu: (1) Apa saja term balad yang disebutkan dalam Al-Qur’an berdasarkan
urutan turunnya ayat? (2) Bagaimana analisis semantik terhadap lafad balad
dalam Al-Qu’an? (3) Bagaimana penafsiran term balad dalam Al-Qur’an
menurut Ibn ‘Āsyūr?
Dengan pendekatan semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko
Izutsu, penulis akan mengupas makna term balad dalam Al-Qur’an dan
menemukan weltanshauung atau pandangan dunia Al-Qur’an terhadap makna
term tersebut. Sedangkan jenis penelitian ini adalah kepustakaan. Penelitian
ini difokuskan pada ayat-ayat yang menyebut term balad dalam Al-Qur’an.
Temuan dari penelitian ini adalah; 1) lafad balad disebutkan sebanyak
19 kali dalam Al-Qur’an, lima ayat dalam bentuk jama’ dan sebelas ayat
dalam bentuk mufrod yang secara keseluruhan memiliki makna nama daerah
atau sebuah tempat yang ada di bumi. Lafad balad memiliki makna bumi atau
tanah yang memang difungsikan sebagai tumbuhnya tanaman jika subur atau
sebaliknya jika tandus. Kata balad juga sering dimaknai sebagai negara yang
memiliki pemerintahan. 2) hasil akhir dari analisis semantik Toshihiko Izutsu
terhadap lafad balad ialah bermakna setiap tempat atau daerah yang ada di
bumi, baik berpenghuni ataupun tidak. Dalam hal ini ada tiga pemaknaan yaitu
negara, tanah dan kota 3) Penafsiran Ibn ‘Āsyūr terhadap term balad memiliki
perbedaan pada setiap fase turunnya ayat, sesuai dengan teori tafsir nuzuli
yang dikembangkan oleh Theodor Nőldeke yaitu. Pertama, Mekah fase satu
lafad balad disebutkan dalam ayat berbicara tentang kemurkaan Allah
terhadap umat-umat terdahulu. Kedua, Mekah fase dua berbicara tentang
perintah langsung terhadap nabi Muhammad untuk memerangi orang kafir.
Ketiga, Mekah fase tiga mulai berbicara tentang tauhid kecuali dalam Q.S. AzZukhruf: 11 yang menjelaskan tentang hari kebangktan. Keempat, pada periode
Madinah membicarakan tentang perpindahan status nabi Muhammad. Di
Mekkah, nabi Muhammad berstatus sebagai mursyid ruhani atau nabi,
sebaliknya ketika pindah ke Madinah, beliau berubah menjadi pemimpin
politik bagi kaum muhajirin dan anshar
Tidak tersedia versi lain