Text
Implementasi Munāsabah pada Penafsiran Saintifik (Analisis Teori Munāsabah pada Ayat-Ayat Cahaya dalam Tafsir Kemenag)
Kata Kunci: Implementasi Munāsabah, Penafsiran Saintifik, Ayat-Ayat
Cahaya, Tafsir Kemenag
Salah satu ilmu yang bertugas menjaga penafsiran agar tidak menyeleweng
adalah Ilmu Munāsabah, yaitu suatu ilmu yang membahas keterkaitan ataupun
korelasi antar suatu ayat ataupun antar suatu surah. Namun, ilmu munāsabah
kurang mendapatkan perhatian dari beberapa ulama tafsir. Ada yang hanya sekedar
menafsirkan ayat-ayat yang dikaji saja tanpa melihat hubungan dan konteks dengan
ayat sebelum atau sesudahnya, termasuk dalam kajian tafsir saintifik. Tujuan
penelitian ini adalah untuk kembali melihat signifikansi munāsabah dalam
penafsiran ayat-ayat saintifik. Fokus penelitian ini berupa bagaimana penafsiran
pada ayat-ayat yang dikaji dalam tafsir Kemenag dan bagaimana analisis
munāsabah pada ayat-ayat yag dikaji dalam tafsir Kemenag.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan
munāsabah sebagai pendekatan, fokus kajiannya pada ayat-ayat cahaya yakni surah
an-Nūr (24): 35, Yūnus (10): 5, Nūḥ (71): 16, al-Furqān (25): 61, dan an-Nabā’
(78): 13, dengan menggunakan perspektif Badruddīn Muḥammad bin ‘Abdullāh alZarkasyi dalam kitab al-Burhān fī ‘Ulūm al-Qur’ān.
Dalam tafir Kemenag, menerapkan aspek munāsabah, termasuk pada ayatayat yang mengandung unsur saintifik. Bentuk-bentuk munāsabah yang digunakan
dan diterapkan dalam tafsir Kemenag baik disebutkan secara tersurat maupun
tersirat yang merupakan hasil penelitian ini adalah munāsabah antara kelompok
ayat dengan kelompok ayat sebelumnya, munāsabah antara surah dengan surah
sebelumnya, munāsabah antar lafal dalam satu ayat, munāsabah antara ayat dengan
ayat sebelum atau sesudahnya, dan ayat yang ditafsirkan dengan ayat lainnya dalam
surah yang berbeda. Jika dikategorikan dalam munāsabah perspektif al-Zarkasyi,
maka munāsabah antara kelompok ayat dengan kelompok ayat sebelumnya,
munāsabah surah dengan surah sebelumnya, munāsabah antar lafal dalam satu
ayat, dan munāsabah antara ayat dengan ayat sebelum atau sesudahnya masuk
dalam perspektif al-Zarkasyi. Sedangkan ayat yang ditafsirkan dengan ayat lainnya
dalam surah yang berbeda tidak termasuk perspektif al-Zarkasyi. Dan, apabila
dikategorikan pada pola dan motif munāsabah perspektif al-Zarkasyi, didapatkan
hasil berikut: Pertama, surah an-Nūr (24): 35 termasuk pada pola dan motif yang
jelas dan takhalluṣ. Kedua, surah Yūnus (10): 5, termasuk pada pola dan motif yang
jelas. Ketiga, surah Nūḥ (71): 16, termasuk pada pola dan motif yang jelas.
Keempat, surah al-Furqān (25): 61, termasuk pada pola dan motif yang jelas,
ma’ṭūfah dengan bentuk istiṭrād, dan gairu ma’ṭūfah dengan bentuk istiṭrād.
Kelima, surah an-Nabā’ (78): 13, termasuk pada pola dan motif yang jelas dan gairu
ma’ṭūfah dengan bentuk istiṭrād. Pola-pola munāsabah tersebut juga dianalisis pada
ayat-ayat yang berada dalam satu kelompok ayat dengan ayat yang penulis kaji
Tidak tersedia versi lain