Text
Syafaat dalam Al-Qur’an; Analisis Tafsir Maqāṣidi Persepektif Waṣfĭ ʻĀsyūr Abū Zayd dalam Tafsir Al-Ṭabarĭ
Kata Kunci: Syafaat, Al-Qur’an, Maqāṣid Al-Qur’an, Waṣfĭ ʻĀsyūr Abū
Zayd, Tafsir Al-Ṭabarĭ
Kajian syafaat memiliki beragam pemahaman mulai dari zaman Rasulullah
Saw hingga sekarang. Kajian ini masih sangat rancu dipahami oleh sebagian
masyarakat. Sebagian ulama mengatakan bahwa syafaat ada kelak di hari kiamat,
seperti golongan ahlu sunnah waljama’ah yang mempercayai adanya syafaat,
sedangkan salah-satu aliran yang tidak mempercayai adanya syafaat ialah
Mu’tazilah yang beranggapan tidak ada syafaat di akhirat. Peneliti merumuskan
dua masalah akademis sesuai dengan tema dan pokok pembahasan latar belakang
penelitian, yakni: klasifikasi ayat syafaat dalam Al-Qur’an, dan menganalisis
maqāṣid Al-Qur’an perspektif Waṣfĭ ʻĀsyūr Abū Zayd mengenai ayat syafaat
dalam tafsir al-Ṭabari.
Penelitian ini menggunakan pendekatan maqāṣid Al-Qur’an perspektif
Waṣfĭ ʻĀsyūr Abū Zayd, melalui penelitian deskriptif yang dilakukan dengan
pendekatan kualitatif secara tematik dengan metode maudu’i yang tersusun dari
metode tekstual, induktif, konklusif dan eksperimen, dengan pemerolehan data
melalui kepustakaan (library research). Penelitian ini memfokuskan pada 3
ungkapan yang saling berkaitan satu sama lain yaitu, syafaat yang bergandengan
dengan kata (illā biiżnihi) tanpa izin Allah, dan ungkapan (illā limanirtaḍā)
kecuali orang yang diridai Allah dan ungkapan (illā manittakhaża) yaitu orang
yang mengadakan perjanjian dalam tafsir al-Ṭabari.
Setelah menelaah dan mengamati penafsiran mengenai ayat syafaat dengan
izin Allah. Penelitian ini memperlihatkan bahwa maqāṣid Al-Qur’an perspektif
Waṣfĭ ʻĀsyūr Abū Zayd menunjukkan tiga pokok tema Al-Qur’an yang terdapat
dalam penafsiran al-Ṭabari yaitu Nabi, Malaikat, dan Ulama dapat memberi
syafaat terhadap orang lain melalui izin Allah Swt. Dapat dikatakan maqāṣid ayatayat syafaat pada hakikatnya diturunkan untuk merespon dan menolak kekeliruan
keyakinan atau anggapan yang dimiliki oleh suatu kaum tentang
pertanggungjawaban amal perbuatan kelak di hari kiamat, dan juga untuk
memberikan dorongan motivasi atau semangat pendidikan terhadap orang
mukmin. Agar lebih kuat dalam berkeyakinan kepada Allah Swt, memperbanyak
amal salih dengan mengikuti sunah Nabi Muhammad saw, dan memiliki sifat-sifat
mulia, menjauhi larangan-larangan-Nya, agar jauh dari murka Allah Swt dan
mendapat rahmat serta syafaat Rasulullah saw.
Tidak tersedia versi lain