Text
Eksistensi Seni Saman di Desa Larangan Luar Kabupaten Pamekasan
Kata Kunci : Eksistensi, Seni, Saman.
Seni saman merupakan tarian tradisional di pulau Madura yang terjaga kelestariannya sampai saat ini. Eksistensi seni tersebut memang tidak diragukan lagi. Eksistensi sendiri adalah cara berada di dunia ini, terutama cara berada manusia. Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia yang dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera manusia. Saman sendiri merupakan tarian tradisional asal Indonesia yang bahkan cukup dikenal di seluruh mancanegara.
Berdasarkan hal tersebut, ada tiga fokus penelitian yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini yaitu: Pertama, Bagaimana Eksistensi seni Saman di Desa Larangan Luar, Kabupaten Pamekasan. Kedua, Bagaimana bentuk bacaan Seni Saman di Desa Larangan Luar, Kabupaten Pamekasan. Ketiga, Bagaimana pesan bacaan Seni Saman di Desa Larangan Luar, Kabupaten Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografi. Pengumpulan data yang diperoleh dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data menggunakan manusia dan non manusia. Jenis data menggunakan data primer. Analisis data yang digunakan adalah deskripsi, analisis dan interpretasi . Informannya adalah Kepala desa, dan masyarakat desa Larangan Luar yang melakukan dan yang tidak melakukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. Pertama, Seni saman di desa Larangan Luar sudah ada sejak dulu. Bahkan keberadaannya diakui dan diterima oleh masyarakat setempat. Akan tetapi, keberadaan seni saman di Desa Larangan Luar saat ini mengalami penurunan. Hal itu dibuktikan dengan sedikitnya masyarakat yang berpartisipasi dalam keberlangsungan seni saman. Pelaksanaan seni saman dilakukan setiap setengah bulan sekali dimulai dari setelah shalat Isya’ sampai pukul dua belas malam. Kedua, bentuk bacaan dari seni saman berisi dzikir-dzikir kepada Allah SWT yang mengandung kalimat Tauhid “Laa Ilaaha Illallah” yang kemudian diganti dengan bacaan “Hu, Hu, Hu” yang artinya Dia, Dia, Dia”. Ketiga, Pesan bacaan dari seni saman yang ada di desa Larangan Luar adalah mengajak dan memberikan kesadaran kepada manusia untuk senantiasa mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tidak hanya itu, adanya grup saman dapat juga mempererat tali silaturahmi antar sesama.
Tidak tersedia versi lain