Text
Penerapan Metode Acceptance And Commitment Therapy (ACT) Untuk Mengurangi Perilaku Kecanduan Narkoba di Lembaga Rehabilitasi GHANA Recovery Pamekasan,
Kata kunci: Teman Sebaya, Perkembangan Emosional, siswa Broken Home
Yang melatar belakangi penelitian ini yaitu kondisi emosional siswa yang
mengalami keluarga broken home memiliki emosi tidak stabil di kehidupan sehariharinya, karena kurangnya perhatian serta kasih sayang dari orang tua di rumah.
Pada umumnya, anak memiliki kebutuhan emosi sehingga mereka mencari
perhatian baru di lingkungan sekitarnya terutama lingkungan teman sebaya.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil tiga fokus penelitian
yaitu (1) Bagaimana kondisi emosional siswa “broken home” di MTs Miftahul
Ulum Pagendingan Pamekasan? (2) Bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap
perkembangan emosional siswa “broken home” di MTs Miftahul Ulum
Pagendingan Pamekasan? dan (3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari
pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan emosional siswa “broken home” di
MTs Miftahul Ulum Pagendingan Pamekasan?
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan
jenis penelitian fenomenologi. Pengumpulan data menggunakan wawancara semi
struktur, observasi berperan serta dan dokumentasi yang berkaitan dengan
penelitian. Analisis data menggunakan reduksi data (data reduction), penyajian
data (display data), dan menarik kesimpulan (verivication). Sedangkan Pengecekan
keabsahan data menggunakan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan
serta triangulasi sumber dan metode.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, pengaruh teman sebaya
terhadap perkembangan emosional siswa “broken home” yaitu dampak positif:
siswa broken home menjadi lebih tenang karena teman sebaya sebagai tempat
bercerita, membantu siswa broken home ketika ada kesulitan, dan siswa broken
home belajar mengendalikan emosi serta tindakan yang salah, dampak negatif:
siswa broken home menjadi lebih sedih karena ejekan dari teman sebaya dan siswa
broken home cenderung meniru perilaku negatif dari teman sebaya. Kedua, kondisi
emosional siswa “broken home” yaitu keseringan diam, memiliki emosi yang tinggi
seperti keinginan yang harus dipenuhi, sulit mendengarkan perkataan orang,
cenderung menutup diri, bersikap tidak sopan atau nakal dan kurang semangat
dalam menjalani hidup serta semangat belajar yang menurun. Ketiga, faktor
pendukung dari teman sebaya terhadap perkembangan emosional siswa “broken
home” yaitu sikap teman sebaya memberikan perhatian dan rasa kasih sayang
sehingga siswa broken home lebih semangat, fasilitas lengkap dimanfaatkan dengan
baik, dan finansial digunakan dengan sebaik mungkin, sedangkan faktor
penghambatnya yaitu sikap teman sebaya yang nakal, fasilitas lengkap tapi tidak
dimanfaatkan dengan baik dan finansial tidak digunakan dengan sebaik mungkin
Tidak tersedia versi lain