Text
Problematika Belajar Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Pada Anak Disabilitas Di Era New Normal Di SMPLB Api Alam Desa Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan
Kata Kunci: Problematika Belajar, Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti, Anak Disabilitas
Pendidikan agama Islam dan budi pekerti merupakan pendidikan yang
bertujuan untuk menyelaraskan, menyeimbangkan dan menserasikan antara Islam,
Iman, dan Ihsan yang diwujudkan dalam hubungan manusia dengan pencipta,
sesama manusia, dan alam. Terdapat tiga fokus dalam penelitian ini yaitu:
pertama, bagaimana proses belajar PAI dan budi pekerti pada anak disabilitas
yang telah diterapkan oleh SMPLB Api Alam Desa Larangan Tokol, Kecamatan
Tlanakan, Kabupaten Pamekasan. Kedua, apa saja problematika belajar PAI dan
budi pekerti yang dihadapi oleh anak disabilitas di SMPLB Api Alam Desa
Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan. Ketiga, Apa saja
solusi yang dapat dilakukan dalam Problematika Belajar PAI dan Budi Pekerti
yang dihadapi oleh Anak Disabilitas di SMPLB Api Alam Desa Larangan Tokol,
Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan.
Penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memaparkan
data secara deskriptif, pengumpulan data diperoleh dengan wawancara semi
terstruktur, observasi dan dokumentasi. Sumber datanya ialah kepala sekolah SLB
Api Alam Larangan Tokol, dan para guru PAI dan budi pekerti. Teknik analisis
data ialah memilah-milah data yang diperoleh, mereduksi data, penyajian data,
dan kesimpulan. Sedangkan pengecekan keabsahan datanya ialah ketekunan
dalam pengamatan dan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya: Pertama, proses belajar PAI dan
budi pekerti bagi penyandang tunarungu yaitu pendidik menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab, selama menyampaikan materi ajar yaitu melalui bahasa
isyarat dan gerak oral dalam berkomunikasi. Peserta didik selama proses belajar
bisa disesuaikan dengan guru terhadap materi yang disampaikan, tetapi semua
peserta didik penyandang tunarungu ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda,
sehingga sebagai pendidik perlu memberikan pertanyaan dan penugasan yang
tingkatannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Selain itu memperbanyak dalam praktek dan latihan. Kedua, problematika belajar
PAI dan budi pekerti pada anak disabilitas khususnya tunarungu yaitu kurangnya
pendengaran, serta sulit dalam memproses pengolahan kata untuk berbicara,
bahan ajar yang masih menggunakan buku PAI tingkat SD dan kurikulum KTSP,
kompetensi guru PAI yang tidak secara khusus kepada pendidikan luar biasa, dan
masih adanya bahasa isyarat yang masih belum dikuasai penuh. Ketiga, solusi
dalam mengatasi problematika tersebut yaitu telah dilaksanakan oleh sekolah
berupa kegiatan terapi agama berupa praktek wudhu, sholat dhuha, sholat dhuhur
berjemaah. dan terapi wicara yaitu saling berkomunikasi dengan orang sekitar
Tidak tersedia versi lain