Text
SEMIOTIK TEMBANG MACAPAT SEBAGAI SASTRA LISAN DI DESA ROMBASAN KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP : PERSPEKTIF MICHAEL RIFFATERRE
ABSTRAK
Nurdiana Khalida, 2020, Semiotik Tembang Macapat Sebagai Sastra Lisan Di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep: Perspektif MichaelRiffaterre, Skripsi, Program Studi Tadris Bahasa Indonesia, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Madura (IAIN), Dosen Pembimbing: Moh. Hafid Effendy, M. Pd.
Kata Kunci : Semiotik, Tembang Macapat, Sastra Lisan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebudayaan tembang macapat sebagai sastra lisan di desa Rombasan yang merupakan akulturasi budaya tanah Jawa dan diimplementasikan di tanah Madura. Karna tembang macapat berasal dari tanah jawa, maka bahasa tembang macapat adalah bahasa Jawa. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, bagaimana memahami bahasa dan makna tembang macapat sebagai salah satu sastra lisan di desa Rombasan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat tiga fokus permasalahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini, yaitu: pertama, Bagaimana wujud semiotik heuristik (kajian kebahasaan) dalam tembang macapat sebagai sastra lisan di desa Rombasan, kedua, Bagaimana wujud semiotik hermeneutik (konvensi pemaknaan sastra) dalam tembang macapat sebagai sastra lisan di desa Rombasan, ketiga, Bagaimana keberadaan tembang macapat sebagai sastra lisan di desa Rombasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografi. Data dalam penelitian ini berupa tembang macapat yang diperoleh melalui kegiatan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informasi di dapat dari tiga sumber kepala desa Rombasan, para pelestari tembang macapat, dan tokoh masyarakat (sumber data). Analisis datanya adalah analisis data dari model etnografi yaitu analisis domain, taksonomi, kompnensial dan analisis tema. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan keikut-sertaan, dan trianggulasi (triangulasi teknik dan triangulasi sumber).
Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, wujud tembang macapat di desa Rombasan berupa naskah tembang macapat yang menggunakan bahasa Jawa kawi dan terdapat penyimpangan frasa, sintaksis, campur kode, dan susunan kata yang kurang benar dalam teks tembang, peneliti memberikan tanda kurung untuk kata yang dirubah atau diperbaiki. Kedua, wujud tembang macapat dalam naskahnya tertulis dengan ejaan yang menggunakan huruf pigon, tembang macapat ini mengandung pesan-pesan mulia, dan meceritakan perjalan kehidupan Rasulullah SAW. Ketiga, tembang macapat ada di masa nenek moyang masyarakat desa Rombasan dan dilestarikan secara turun-temurun yang di dapat oleh masyarakat yang merantau ke tanah Jawa. Naskah tembang macapat ditulis kembali pada tahun 1993 M. yang disebut dengan nurbuah dipadukan dari empat naskah tembang macapat yang diciptakan oleh wali sanga.
Tidak tersedia versi lain