Text
MAQÂSHID AL-QUR’ÂN MENURUT SHIDDÎQHASAN KHÂNDALAM FATHAL-BAYÂNFÎ MAQÂSHID AL-QUR’ÂN; STUDI ATAS PENAFSIRAN SURAH AL-NISÂ’ [4]: 1-5
ABSTRAK
Ahmad Khoiri, 2019, Maqâshid al-Qur’ân Menurut Shiddîq Hasan Khân dalam Fath al-Bayân fî Maqâshid al-Qur’ân; Studi atas Penafsiran Surah al-Nisâ’ [4]: 1-5, Skripsi, Program Studi IQT, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Madura, Pembimbing: Mohammad Subhan Zamzami, Lc., M.Th.I
Kata Kunci: Aksiologi, Epistemologi, Maqâshid al-Qur’ân, Ontologi
Maqâshid al-Qur’ân merupakan diskursus inti dalam studi al-Qur’an. Penafsiran al-Qur’an sejak era Nabi saw. hingga hari ini sejatinya berusaha mencari maksud esensial dari al-Qur’an itu sendiri sebagai pegangan hidup. Kendati demikian, secara formal, istilah tersebut pertama kali dipakai oleh alGhazâlî, dan menjadi sebuah diskursus independen pada Abad Pertengahan hingga kontemporer. Di antara tokoh yang konsen di bidang itu ialah Hasan Khân, cendekiawan asal India, melalui tafsirnya, Fath al-Bayân fî Maqâshid al-Qur’ân. Menariknya, tafsir lima belas jilid tersebut oleh Hasan Khân dinarasikan sebagai tafsir paling baik, sebab tidak memiliki tendensi sektarian apa pun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap maqâshid al-Qur’ân menurut Hasan Khân. Karena luasnya medan penelitian, penulis mengambil sampel sebagai spesifikasi, yaitu surah al-Nisâ’[4]: 1-5. Seperti diketahui, ayat tersebut memuat hukum tertentu yakni tentang yatim dan cara memperlakukan mereka, di samping juga dijadikan sinyalemen ayat poligami. Melalui sampel tersebut, penulis menelisik maqâshid al-Qur’ân menurut Hasan Khân dari tiga aspek rumusan: apa hakikat maqâshid al-Qur’ân menurut Hasan Khân (ontologis), bagaimana metode Hasan Khân untuk menemukan maqâshid (epistemologis), serta apa implikasi dari konsep Hasan Khân tersebut (aksiologis). Dengan demikian, konsistensi filosofis Hasan Khân tentang maqâshid al-Qur’ân dalam kitab tersebut akan tersingkap, dan posisinya di antara dinamika maqâshid juga tampak ke permukaan. Jenis penelitian ini ialah content analysis dengan teknik riset pustaka (library research), serta deskriptif analitis sebagai pisau analisis. Sumber primer penelitian adalah tafsir Hasan Khân sendiri, dan dianalisis melalui teori maqâshid, dari klasik hingga kontemporer.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, dinamika maqâshid al-Qur’ân, bahwa penentuan maqâshid jalin-berjalin dengan metode yang dipakai mufasir. Ketika Hasan Khân menggunakan epistemologi konvensional, maka maqâshid yang dihasilkan juga bertendensi klasik. Melalui kajian ontologis, ditemukan bahwa Hasan Khân relatif sederhana dalam menguraikan suatu maqâshid. Dalam konteks surah al-Nisâ’ [4]: 1-5, Hasan Khân hanya mengungkap tentang keadilan dan husn al-khuluq, dan mengatakannya secara inheren dalam narasi penafsiran itu sendiri. Kedua, lanskap maqâshid al-Qur’ân menurut Hasan Khân teruraikan, tidak hanya bahwa penafsirannya terhadap surah al-Nisâ’ [4]: 1-5 memuat disiplin maqâshid, namun juga keterlibatan Hasan Khân terhadap spektrum dinamika maqâshid, serta sumbangsih Hasan Khân terhadap diskursus maqâshid al-Qur’ân. Ketiga, implikasi konsep, bahwa maqâshid menurut Hasan Khân memiliki dampak epistemis, salah satunya ialah atomistisasi maqâshid al-Qur’ân.
Tidak tersedia versi lain