Text
UTANG MENJADI PEMICU KETIDAKHARMONISAN KELUARGA (STUDI KASUS DI KELURAHAN KANGENAN PAMEKASAN)
ABSTRAK
Faisal Arif Prasetya, 2019“Utang Menjadi Pemicu Ketidakharmonisan Keluarga studi kasus di Kelurahan Kangenan Pamekasan”. Skripsi, Program Studi Ahwal, Jurusan Syariah, Institut Agama Islam Negeri Madura, Pembimbing: H. Arif Wahyudi, Lc, M. A
Kata Kunci: Utang, Ketidakharmonisan Keluarga
Dari judul yang diangkat peneliti tentang utang menjadi pemicu ketidakharmonisan keluarga di kelurahan kangenan pamekasan, peneliti memfokuskan pada tiga masalah.Pertama, apakah faktor-faktor yang membuat istri atau suami berhutang sehingga terjadi ketidakharmonisan dalam keluarga di kelurahan kangenan pamekasan?. Kedua, Bagaimana bentuk-bentuk Koflik yang menimbulkan ketidakharmonisan keluarga di kelurahan kangenan pamekasan?. Ketiga, bagaimana pandangan masyarakat terhadap ketidakharmonisan keluarga akibat utang?
Jenis penelitian ini penulis menggunakan studi kasus atau kualitatif deskriptif, karena dianggap bisa mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, dan memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.
subjek penelitian ini adalah pasangan suami istri, orang tua pasangan, tokoh masyarakat, dan tetangga pasangan. penelitian ini menggunakan kualitatif dan prosedur pengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Faktor istri atau suami berhutang ialah dikarenakan kurangnya suami dalam mencari nafkah atau malas untuk memenuhi kewajibannya, sehingga istri terlantar dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari. Selain itu, karena ambisi seorang istri tentang kemewahan menjadikan istri sering berhutang.
Bentuk yang menimbulkan ketidakharmonisan ialah tuduhan pasangan yang berlebihan, dan kekerasan (KDRT) seperti menyiram air panas. Dan tuduhan selingkuh terhadap suami.
Menurut dari tanggapan beberapa masyarakat di sekitar, permasalahan tersebut dikarenakan kurangnya sifat kedewasaan, tak sadar akan tanggung jawab masing-masing. Minimnya pengetahuan kerumah tanggaan dan kurangnya perhatian keluarga. Hal itu membuat pasangan tersebut hanya bisa mengedepankan emosi dalam menghadapi suatu masalah.
Tidak tersedia versi lain