Text
Metode Menghafal Al-Qur’an Juz 30 di MI Tarbiyatul Banin I Sumber Batu Blumbungan Larangan Pamekasan
ABSTRAK
Nasihah, 2018, Metode Menghafal Al-Qur’an Juz 30 di MI Tarbiyatul Banin I Sumber Batu Blumbungan Larangan Pamekasan, Skripsi, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, STAIN Pamekasan, Dosen Pembimbing: Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag.
Kata Kunci: Metode Menghafal Al-Qur’an Juz 30
Menghafal Al-Quran di luar kepala merupakan usaha yang paling efektif dalam menjaga kemurnian Al-Quran yang Agung. Dengan hafalan tersebut berarti meletakkan pada hati sanubari penghafal. Dan menurut Raghib dan Abdurrahman, “tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yang paling aman, terjamin, serta tidak bisa dijangkau oleh musuh dan para pendengki serta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan.” Sama halnya dengan yang dilakukan oleh orang Arab, mereka tidak hanya duduk melingkari Nabi untuk mendengarkan tutur katanya, tetapi mereka merekam dengan sempurna diotak mereka dan mempraktekkan ilmu yang mereka dapat.
Berdasarkan hal tersebut, maka ada tiga permaslahan yang menjadi kajian pokok dalam penelitian ini, yaitu: pertama, Bagaimana metode yang diterapkan dalam menghafal Al-Quran juz 30 di MI Tarbiyatul Banin I Sumber Batu Blumbungan Larangan Pamekasan; kedua, Apa saja faktor pendukung dalam penerapan metode menghafal Al-Quran juz 30; ketiga, Apa saja kendala yang dihadapi dalam menerapkan metode menghafal Al-Quran juz 30.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sumber data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informannya adalah kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas. Sedangkan pengecekan keabsahan temuan dilakukan melalui perpanjangan kehadiran peneliti, observasi yang diperdalam, triangulasi dan uraian rinci.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, Metode yang digunakan pelaksanaan hafalan Al-Qur’an juz 30 di MI Tarbiyatul Banin I adalah metode pembiasaan atau lebih dikenal dengan sebutan metode waddah serta metode tikrar. Yang mana sistem pembelajarannya menggunakan sorogan dan dengan pembagian juz amma (juz 30) dengan jumlah 6 surat di tiap-tiap kelas. Kedua, Kendala yang dihadapi antara lain: sering kali siswa tertukar dalam mebacakan ayat, dan juga tajwid serta makharijul huruf sering salah. Ketiga, Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah melakukan DARLING (Tadarus Keliling) setiap malam selasa dan malam jumat dengan jadwal dan pembagian wilayah yang telah ditentukan oleh pihak sekolah dan juga melakukan. Sering kali siswa tidak konsentrasi pada saat membaca Al-Qur’an, sebagian siswa ada yang bergurau dengan temannya. Maka dari itu, guru harus memantau dengan baik setiap kali pelaksanaan kegiatan hafalan tersebut. Kurangnya dukungan orang tua terhadap kegiatan hafalan mereka. Maka sebagai bentuk upaya, setiap siswa diberikan kartu penghubung agar orang tua juga dapat mengetahui tingkat perkembangan anak dalam menghafal.
Tidak tersedia versi lain