Text
3, Koherensi Sebab Akibat Pada Novel Nyanyian Di Bawah Hujan Karya Risma Ridha Anissa
Kata Kunci: Koherensi Sebab Akibat, Novel Nyanyian di Bawah Hujan
Penelitian ini didasari pada ketertarikan peneliti pada korehensi sebab akibat yang terdapat dalam
sebuah novel yang berjudul Nyanyian Di Bawah Hujan, yang merupakan karya Risma Ridha
yang didalamnya terdapat korehensi sebab akibat dengan pola penanda hubungan sebab akibat
secara langsung, dan pola penanda hubungan sebab akibat secara tidak langsung. Tujuan peneliti
dalam penelitian ini fokus pada dua pokok pembahasan yakni; Pertama, bentuk penanda
koherensi sebab akibat pada novel Nyanyian Di Bawah Hujan Karya Risma Ridha Anissa.
Kedua, pola penanda hubungan sebab akibat pada novel Nyanyian Di Bawah Hujan Karya
Risma Ridha Anissa. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pustaka dengan jenis
penelitian pustaka. Data dalam penelitian ini berupa kalimat yang mengandung korehensi sebab
akibat, sedangkan sumber data yang dijadikan sebagai objek dalam penelitia ini yaitu berupa
novel Nyanyian Di Bawah Hujan Karya Risma Ridha Anissa. Teknik pengumpulan data dalam
penelitan ini menggunakan metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap, serta metode
catat. Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik meningkatkan ketekunan. Hasil dalam
penelitian ini ditemukan Pertama, sebanyak 26 data yang termasuk bentuk koherensi sebab
akibat. Kedua, pola penanda hubungan sebab akibat yang di temukan di dalam penelitian ini
terdiri dari 2 yaitu pola penanda hubungan sebab akibat secara langsung dan pola penanda
hubungan sebab akibat secara tidak langsung. Pola penanda hubungan sebab akibat secara
langsung ditemukan 2 data, sedangkan secara tidak langsung di temukan 24 data, dan kata yang
di temukan pada pola penanda hubungan sebab akibat secara langsung yaitu kata sebab dan kata
akibat, sedangkan pada pola penanda hubungan sebab akibat secara tidak langsung di temukan
kata; setelah, mungkin, membuat, dan ditemukan kalimat; rasa sendu, mulai luntur, satu persatu
merpati lainnya mulai hinggap di pundak, lengan, ransel usangku, bahkan ada beberapa yang
mengetuk-ngetuk kakinya disekitar dahiku, setiap aku bertemu dengan orang yang berbeda,
mengajak salah satu dari mereka berbicara, tanggapan yang kuterima jauh lebih menyakitkan,
sebenarnya ingin menonton pertunjukan opera, tiket pertunjukan yang aku inginkan telah habis
terjual, aroma bacin air laut menyiksa indra penciumanku, membuat rasa mual, hingga tak
menyadari langkahku, aku menabrak seorang pria, terlalu banyak vibra, membuat gendang
telingaku, peluh mulai membasahi dahi pucat maria, sebelum tubuhnya kembali tumbang, karena
bertabrakan dengan seorang pemuda berkacamata gelap, pantaslah nonna sangat mengagumi
seniman, menjadi seorang penyanyi soprano, derasnya hujan, basah kuyup seperti diriku,
berdebat panjang hanya karena aku lancang menjamah kacamatanya, peranku sudah tidak utuh
lagi, segera mengambil langkah cepat menuju pintu keluar cafe, aku sempat melihat fotonya di
media sosial, mengalami fobia terhadap wanita cantik, mungkin ada rasa tak enak hati, kupikir
terlalu banyak kesamaan diantara keduanya, membuat vi hubungan mereka terasa datar hambar,
berlatih semalaman di piazza maggiore mampu meremukkan tulang-tulangku seketika,otot-
ototku sangat kaku, demi mendapatkan rating puncak, tenaga kami terus-menerus dikuras sampai
habis tak tersisa.
Tidak tersedia versi lain