Text
, Kesantunan Berbahasa Madura di Pondok Pesantren Banyuanyar Putra Desa Potoan Kabupaten Pamekasan
Kata Kunci: Kesantunan Berbahasa, Pondok Pesantren, Bahasa Madura.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penerapan kesantunan berbahasa Madura sudah
mulai tergerus dan sangat jarang ditemukan dalam interaksi masyarakat Madura. Oleh
karena itu, peniliti memiliki inisiatif untuk mengambil objek penelitian tentang kesantunan
berbahasa di Pondok Pesantren Banyuanyar Putra. Karena pondok pesantren merupakan
tempat yang tepat untuk mengembangkan nilai-nilai sopan santun, khusunya dalam
bertutur.
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: pertama Mendeskripsikan jenis
maksim kesantunan berbahasa Madura dalam interaksi santri Banyuanyar Putra
berdasarkan prinsip teori Leech, kedua Mendeskripsikan wujud ondhâgghâ bhâsa
kesantunan berbahasa Madura dalam interaksi santri Banyuanyar Putra Potoan
Daya Pamekasan.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Temuan data yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan
hasil dari penerapan teknik simak dan dokumentasi terhadap objek seluruh
masyrakat tutur yang ada di pondok pesantren Banyuanyar Desa Potoan Kabupaten
Pamekasan.
Dari proses pengumpulan dan analisis data temuan penelitian yang didapatkan
oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, pada fokus penelitian (1):
data yang ditemukan semuanya berbentuk pematuhan dari keenam prinsip
kesantunan teori Leech yang terdiri dari enam maksim sebagai berikut, (a) Maksim
kebijaksanaan, (b) Maksim kedermawanan, (c) Maksim penghargaan, (d) Maksim
kesederhanaan, (e) Maksim permufakatan, dan (f) Maksim kesimpatian. Sedangkan
fokus penelitian yang ke (2): (a) Penggunaan ondhâgghâ bhâsa pada interaksi yang
terjadi di pondok pesantren Banyuanyar Putra sesuai dengan kaidah ondhâgghâ
bâsa kecuali penggunaan bahasa tengnga’an (engghi-enten) yang biasanya
digunakan oleh penutur yang memiliki status sosial lebih rendah dari mitra
tuturnya. Sedangkan dalam penelitian ini bahasa tengnga’an juga digunakan dalam
interaksi antara orang yang memiliki status sosial yang sama, dengan tujuan untuk
menghormati. (b) indikator yang menjadi penyebab penggunaan bahasa Madura
camporan yang paling dominan adalah kurangnya penguasaan kosa kata yang
dimiliki oleh penutur.
Tidak tersedia versi lain